Jika sebagian besar objek wisata berupa pulau menonjolkan keindahan alam melalui pantainya, lain halnya dengan pulau yang berada tak jauh dari daratan Kota Sorong ini. Pulau tersebut dikenal dengan nama Pulau Doom yang menonjolkan sisi historis dengan peninggalan bekas penjajahan bangsa Belanda dan Jepang.
Lokasi dan Transportasi
Antara Pulau Doom dan daratan Kota Sorong tidak memiliki jarak yang terlalu jauh walaupun letak dari Pulau Doom ini terpisah dengan daratan. Pulau Doom secara administratif berada di kawasan Distrik Sorong Kepulauan, Kota Sorong, Provinsi Irian Jaya Barat. Untuk mencapai pulau ini pun hanya memakan waktu paling lama sekitar 15 hingga 20 menit karena jaraknya memang tidak begitu jauh.
Untuk menuju pulau ini, anda memang harus menggunakkan alat transportasi laut, tetapi sebelumnya anda bisa menuju ke Dermaga Sorong dengan menggunakkan kendaraan darat, baik menggunakkan kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi.
Untuk kendaraan umum sendiri anda bisa menggunakkan angkutan kota (angkot) yang lebih di kenal dengan taksi, bis umum ataup menggunakkan ojek motor, tergantung dengan keinginan anda.
Anda juga bisa menyewa kendaraan yang ada di Kota Sorong pada agensi-agensi penyedia jasa penyewaan untuk merasakan kenyamanan dalam wisata anda. Apalagi anda juga sudah di fasilitasi dengan sopir untuk memudahkan anda dalam mencari rute tujuan wisata.
Setelah tiba di Dermaga Sorong anda akan menyebrang menuju Dermaga Taksi Air yang berada di Pulau Doom. Anda tinggal mencari motor tempel saja di kawasan dermaga yang akan mengantar anda menuju Pulau Doom. Dengan ongkos hanya sekitar Rp 2.000*) sampai dengan Rp 5.000*) anda sudah bisa di antarkan menuju Dermaga Taksi Air untuk memulai perjalanan wisata anda mengelilingi Pulau Doom.
Wisata
Pulau Doom juga sering disebut dengan Pulau Bintang oleh masyarakat setempat. Sebutan tersebut muncul dikarenakan pada jaman dahulu, ketika listrik belum menerangi kawasan Kota Sorong, di Pulau Doom ini anda sudah bisa menikmati terangnya lampu yang berasal dari aliran listrik. Jadi, ketika Kota Sorong terasa gelap, Pulau Doom ini sudah tampak gemerlap dan terang dengan sinar lampunya sehingga terlihat seperti bintang-bintang yang berkelip.
Satu hal yang menarik yang takkan anda temukan di tempat lain di kawasan Kota Sorong. Keunikkan tersebut adalah adanya angkutan tradisional berupa becak. Sejak anda datang di pelabuhan, anda sudah bisa melihat banyaknya tukang becak yang menawarkan jasa anda mengelilingi keindahan kota tua di Pulau Doom ini dengan tarif sekitar Rp 25.000 saja.
Jadi, untuk anda yang merasa kurang fit atau tidak mampu berjalan terlalu jauh, anda bisa menggunakkan jasa becak sembari menikmati angkutan yang terkesan langka di kota ini.
Majunya perkembangan di Pulau Doom juga menjadikan letak dari Kantor Distrik Sorong Kepulauan di bangun di lokasi pulau ini. Maka dari itu pulau ini merupakan salah satu pulau yang ramai dan tak lepas dari kunjungan para wisatawan. Anak-anak yang tinggal di pulau ini, juga tergolong ramah pada para pendatang, jadi selama wisata anda tentunya anda bisa mendapatkan teman baru dari Pulau Doom.
Sejarah Pulau Doom
Pulau Doom merupakan pulau milik bangsawan Maluku, yaitu keluarga Malibela. Penghuni awal pulau itu adalah mereka yang ditugaskan mengawasi dua pulau lain yang juga milik keluarga Malibela, yaitu Pulau Soop dan Pulau Nana Selatan.
Pada tahun 1863 Pulau Doom mulai tercatat dalam dokumen Belanda. Dinyatakan, Dr HA Bernstein mengumpulkan materi studi kebudayaan bagi Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden. Selain mengunjungi Pulau Doom, Bernstein juga mengunjungi Pulau Batanta, Salawati, Ram, Tjiof, dan Remu. serta Tanjung Sele di daratan Papua.
Berdasarkan berbagai dokumen sejarah Pemerintahan Belanda di Niugini-Belanda, pada Januari 1935 Gubernemen Maluku disahkan menjadi residensi.
Saat itu dibentuk onderafdeling (subbagian) di bekas wilayah Noord-Nieuw-Guinea, yaitu onderafdeling Hollandia, Serui, Manokwari, Sorong, dan onderafdeling West-Nieuw-Guinea.
Di masa itu ibu kota Onderafdeling Sorong berada di Pulau Doom (Doom), yang disebut sebagai Sorong-Doom. Pasca era Jepang, setelah Belanda kembali berkuasa pada tahun 1950-1952, pemerintahan di Sorong diperintah langsung Residen West-Nieuw-Guinea di Manokwari.
Sebagai ibukota Onderafdeling yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan pelabuhan, Pulau Doom direncanakan dan ditata secara apik oleh Pemerintah Belanda menjadi kota kecil yang dilengkapi dengan sarana dan infrastruktur yang memadai pada masa itu untuk menunjang seluruh aktivitas jalannya pemerintahan kolonial.
Pada masa tersebut kondisi Pulau Doom jauh lebih maju daripada Sorong. Hal tersebut ditandai dengan telah dialirinya Pulau Doom dengan listrik yang menyebabkan Pulau Doom terang benderang di malam hari dibandingkan dengan kondisi Sorong yang masih gelap gulita.
Nilai sejarah
Beberapa warga Pulau Doom sebenarnya menyadari nilai sejarah bangunan tua di pulau tempat mereka tinggal. Rahman Kare, misalnya, hingga kini tidak mengubah bentuk rumahnya. Ia juga membiarkan bungker pertahanan udara yang ada di halaman rumahnya meski lubang bungker itu sebagian telah tertutup tanah.
“Ada petugas dari Dinas Pariwisata Kota Sorong yang sudah mendatangi rumah saya. Mereka meminta saya tidak memugar rumah saya. Masalahnya, beberapa bagian dinding gaba-gaba mulai lapuk,” ujar Rahman yang tidak pernah menerima bantuan biaya perawatan rumah tuanya.
Sisa bangunan tua yang masih terawat antara lain Kantor Kepolisian Sektor Sorong Kepulauan dan Gedung Sekolah Dasar YPPK Stella Maris. Di sekeliling lapangan sepak bola Pulau Doom, yang juga diyakini para penduduk Pulau Doom sebagai lapangan sepak bola tertua di Papua, juga masih banyak rumah penduduk sisa peninggalan masa penjajahan Belanda.
Seiring bertambahnya arus migrasi dan bertambahnya angka kelahiran, lemahnya penataan ruang Kabupaten Sorong pascapeninggalan Belanda, perlahan tetapi pasti Pulau Doom mulai ruwet. Bangunan rumah tinggal baru yang tidak serasi dengan bangunan lama bermunculan di mana-mana
Pulau ini tidak begitu terekspos oleh media yang ada. Belanda banyak meninggalkan sejarah di sana saat menjajah Indonesia. Nampak kecerdasan Belanda menata pulau dengan lingkar luas 4,5 kilometer menjadi satu kota yang indah.
Orang dapat berkeliling di Pulau Doom dengan menggunakan becak, hanya dalam hitungan sekitar satu jam dan membayar Rp.25 ribu. Karena pulau Doom tidak begitu luas, beberapa pemuda dan laki-laki, jarang menggunakan jasa pengayuh becak dan memilih berjalan kaki saja.
Untuk memenuhi kebutuhannya, kini masyarakat Pulau Doom harus berbelanja ke Sorong dengan menggunakan perahu bermotor. Jarak tempuh sekitar 15 menit dan membayar Rp.5.000. Ketika pulang kembali, sudah diserbu oleh belasan pengayuh becak yang akan mengantar mereka pulang ke rumah. Becak menjadi sarana transportasi di Pulau Doom.
Pulau Doom dahulunya adalah pusat pemerintahan Onderafdeling Raja Ampat, Papua. Belanda menempatkan Pulau Doom sebagai pusat kota, karena itu saat kota Sorong masih gelap tanpa aliran listrik, Pulau Doom telah bersinar lebih dulu. Orang pun menyebutnya dengan Pulau Bintang karena gemerlapnya listrik di Pulau Doom.
Apa saja keindahan Pulau Bintang ini?.Terlihat dari pengamatan kami dan juga penuturan beberapa warga setempat, saat itu Belanda menata kota ini dengan rapi. Perumahan berderet berjajar dan rapi. Tak hanya perumahan, infrastruktur pun lengkap ada di Pulau Doom. Sumur air dengan pipa mengaliri sepanjang rumah-rumah. Namun kini, dengan adanya bangunan rumah-rumah baru, perlahan kerapian Pulau Doom terlihat memudar.
Ada lapangan sepak bola dan Gedung Kesenian yang merupakan lokasi serdadu Belanda berolah raga. Ada yang bermain tennis, berenang dan berdansa. Belanda menjadikan Pulau Doom sebagai pusat perdagangan dan gudang juga sebagai pelabuhan yang terkenal pada masa itu.
Selain itu ada gereja Orange, berarsitektur klasik yang dibangun Belanda pada tahun 1911. Kini telah beralih fungsi menjadi Pusat Pembinaan Warga Gereja Jemaat Bethel Doom.
Selain Belanda, Jepang rupanya juga meninggalkan jejak di Pulau Doom. Jika Belanda meninggalkan bangunan-bangunan tua, Jepang membangun banyak lorong bawah tanah di Pulau Doom selama Perang Dunia II. Lorong yang berfungsi sebagai bunker pertahanan tentara Jepang dari serbuan musuh juga terhubung dengan pelabuhan.
Andaikan Pemerintah mau menata baik kota-kota tua yang ada di Papua seperti Pulau Doom mungkin menjadi obyek wisata yang menarik bagi setiap orang dan tentunya mendatangkan pendapatan untuk pemerintah dan terutama bagi masyarakat setempat.
Seperti apa yang dilakukan oleh negara lain seperti di Eropa ditengah arus moderinisasi pembangunan mereka tidak “menghabisi” bangunan-bangunan sejarah yang mereka miliki. Mereka menyakini bahwa bangsa yang baik adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya, sebagai cermin kekuatan bangsanya.
Pulau Doom mempunyai panjang lingkar keliling pulau sekitar 4,5 km dengan luas wilayah lebih kurang 3,5 km2 yang terbagi dalam 2 Kelurahan, yaitu :
a. Kelurahan Doom Timur dengan luas wilayah lebih kurang 2 km2
b. Kelurahan Doom Barat dengan luas wilayah lebih kurang 1,5 km2
Jumlah penduduk Pulau Doom pada tahun 2009 adalah sebesar 12.388 jiwa dan 2.546 kepala keluarga.
Akses secara eksternal untuk pergi ke dan dari Pulau Doom menuju Kota Sorong satu – satunya hanya dengan menggunakan angkutan perahu kayu bermotor yang berukuran cukup panjang (long boat). Dengan angkutan ini jarak antara Pulau Doom dan Kota Sorong dapat ditempuh dalam waktu lebih kurang 15 menit. Prasarana dermaga untuk menunjang aksesibilitas ini terutama untuk naik turun penumpang perahu motor telah ada walaupun kelengkapan fasilitasnya dan kondisi fisiknya masih perlu ditata dan dikembangkan lagi agar lebih baik dan nyaman pada saat digunakan.
Akses internal yang tersedia untuk mencapai setiap sudut dan bagian kawasan di Pulau Doom adalah Becak roda tiga yang dikayuh. Moda transportasi ini hanya terdapat di Pulau Doom dan bahkan tidak dijumpai di Kota Sorong. Dengan moda angkutan Becak ini, setiap barang maupun penumpang yang turun dari long boat dapat dilanjutkan diangkut ke setiap tempat yang ingin dituju di dalam kawasan Pulau Doom. Lebar jalan di pulau maksimal hanya 6 hingga 7 meter.
Sarana Prasarana yang dibangun Pemerintah Belanda pada masa itu untuk menata Pulau Doom dalam menunjang fungsi pemerintahan yang berjalan di sana antara lain :
Kondisi Sarana Prasarana Bernilai Sejarah
Beberapa sarana prasarana peninggalan Belanda yang bernilai sejarah tersebut saat ini kondisinya sebagian besar sangat memprihatinkan dan tidak terawat. Terutama bangunan – bangunan lama yang telah beralih fungsi menjadi rumah tinggal, tanpa ada pengaturan dan pengendalian yang jelas dan tegas.
Tips
1. Jika fisik anda terasa cukup fit dan kuat berjalan jauh, akan lebih baik jika anda berjalan kaki untuk menyusuri pulau ini. Dengan begitu, anda bebas dan santai untuk melihat-lihat spot yang menurut anda menarik.
2. Jangan terlalu banyak membawa barang bawaan sehingga, anda bisa leluasa berjalan tanpa harus merasa repot dan berat dengan bawaan anda yang terlalu banyak.
3. Jika anda tertarik dengan suatu bangunan atau lokasi, jangan ragu untuk bertanya seputar tempat tersebut dan bila perlu anda juga tanyakkan sejarah dari tempat tersebut.
4. Untuk anda para pecinta fotografi, siapkan kamera anda karena ada banyak lokasi menarik untuk dijadikan sebagai objek bidikan kamera anda.
Ada 5 foto di dalam Pulau Doom, Sorong – Papua posting. Klik thumbnail dibawah ini untuk melihat semua 5 foto high-res.
Artikel Terbaru:
Pantai Tapak Paderi – BengkuProvinsi Bengkulu yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia memiliki garis pantai yang panjang ...
Pantai Tanjung Dewa, Tanah LauPantai Tanjung Dewa terletak di Desa Tanjung Dewa Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut. ...
Pantai Pasir Dua, Jayapura Pantai Pasir Dua – Memang cukup jauh dari keramaian kota Jayapura, namun itulah ...
Pantai Ajibata, Samosir –Danau Tobaba, danau vulkanik ini sudah tidak asing di telinga kita, karena merupakan ...
Gabung Yuk dengan Komunitas Pecinta Pantai Indonesia di FB, Klik Like:
Lokasi Pantai di Indonesia
Topik Populer
Indek Artikel : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indek Gambar : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Semua artikel pada web ini adalah hak cipta dari pasirpantai.com, atau sumber lain yang dicantumkan.
Semua gambar, foto dan video pada web ini adalah hak cipta dari pemiliknya.
Tinggalkan Komentarmu soal Pulau Doom, Sorong – Papua Dibawah ini: