Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakarta

Rating: 88 out of 100, by 116 users
panorama pantai bugel - DIY Yogyakarta : Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakarta

Pantai Bugel, salah satu pantai di kawasan Panjaitan, Kulon Progo. Perjalanan ke Bugel dari pusat kota jogja, memakan waktu hampir 2 jam lebih. Dari arah kota Bantul, Bugel dapat dicapai dalam waktu kurang dari 1 jam (45 menit).

Bugel sendiri terletak di jalur pantai Glagah dan pantai-pantai Kulon Progo. Letaknya di antara pantai Trisik dan pantai Glagah Indah.  Tak ada TPR (tempat pemungutan retribusi) di sana, tapi sudah ada tempat parkirnya. Cukup bayar 2500perak/motor dah. Toilet dan tempat makanan pun sudah ada. Untuk mandi dan buang air 2 rb, buat cuci kaki 1rb.

Menuju Jalan Bantul-Jalan Srandakan-Ketemu Jembatan Kulon Progo-Di Pertigaan Pengasih ambil kiri ke arah Glagah,Kebumen,Purworejo-ikuti jalan sekitar 20 menit sampai nemu tanda jalan ‘Pantai Bugel’ di kiri jalan, ambil kiri, ikuti jalan setapak-nemu pertigaan ambil kiri ke arah tempat pelelanganikan. Kalau bingung, tanya aja warga setempat.

Wisata

Pantai Bugel memang belum banyak orang mendengar, karena memang pantai ini belum digarap secara maksimal oleh pemerintah setempat sebagai obyek wisata yang bisa menjadi alternatif wisata alam di kabupaten Kulon Progo khususnya wisata pantai. Pantai bugel merupakan deretan pantai diselatan pulau jawa yang terkenal dengan terjangan ombaknya yang dahsyat.

Walau demikian pantai ini juga menjadi tempat para nelayan untuk mencari nafkah, bahkan ada semacam pelelangan ikannya namun  tidak terlalu ramai dan ada tidaknya pelelangan tergantung dari penghasilan nelayan itu sendiri. Tapi mungkin lebih tepatnya hanya semacam pengepul ikan saja karena tidak seperti tempat pelelangan pada umumnya.

Sebenarnya yang paling terkenal dari pantai ini adalah pasir besinya, dan pernah akan dijadikan sebagai tambang pasir besi namun oleh masyarakat sekitar tidak diperkenankan. Disekitar pantai ini kita juga dapat menjumpai semacam pohon cemara udang yang mirip dengan yang ada di Pantai Kawaru. Untuk pencari ketenangan dan keindahan pantai yang masih asri ini merupakan tempat yang menyenangkan Cuma memang karena belum ada perawatan jadi kesan kotor dipanta ini sangat terlihat. Kotoran tersebut merupakan kotoran dari laut itu sendiri hanyut sampai ke bibir pantai bukan karena pengunjungnya.

Nama Pantai Bugel seakan tenggelam di antara dua pantai yang mengapitnya,Pantai Glagah danPantai Trisik. Pantai yang terletak di Kecamatan Panjatan,Kabupaten Kulon Progo ini memang jauh dari keramaian. Hanya ada satu petunjuk ke arah pantai, lalu sisanya Anda akan menemui jalanan berangkal batu, sawah yang kosong dan aroma menyengat dari industri rumahan untuk pembuatan trasi.

Konon Pantai Bugel terkenal karena ombaknya yang ganas. Para nelayan menjadikan pantai ini sebagai tempat pengepulan hasil tangkapan.  Hanya ada satu nelayan yang menebar jaring dan satu perahu kosong yang bersandar di dekat pohon kering.

Untuk menikmati kesepian di pantai ini Anda tak perlu merogoh saku. Selain tak ada tiket masuk atau retribusi, petugas parkirnya juga tak nampak. Meskipun relatif aman, Anda tetap perlu mengawasi kendaraan yang terparkir. Pantai Bugel layaknya pantai pribadi yang bisa membuat Anda benar-benar bebas.

Seperti halnya pantai-pantai lain di selatan Pulau Jawa, pengunjung di Pantai Bugel tak disarankan berenang atau mandi. Ombaknya yang tinggi dan menggulung bisa memakan korban jiwa. Selain itu tak ada tenaga paramedis dan Search and Rescue (SAR) yang siap siaga untuk menolong.

Dulunya, Pantai Bugel terkenal karena pasir besinya dan sempat akan digunakan untuk penambangan. Saat ini pantai yang cocok untuk “menyepi” ini seperti terlantar dan tak terurus. Sampah-sampah yang berasal dari laut menumpuk di bibir pantai. Aroma menyengat datang dari biota laut yang mati dan membusuk. Pohon-pohon cemara udang (Casuarina equisetifolia) meninggi dan menyejukkan siang yang terik.

Profil Desa Bugel 

Awalnya, kondisi tanah di Desa Bugel yang terletak di tepi pantai selatan ini berupa gundukan pasir (oleh warga setempat disebut gumuk pasir) bergelombang. Setiap kali ada angin kencang, pasir ini akan bergerak dari tempatnya semula sehingga tidak bisa ditanami apa pun. Dan karena berhadapan langsung dengan lautan luas dan tanpa tanaman pelindung, desa yang terletak di Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta ini pun rentan terkena tsunami.

Suhu tanah di kawasan ini sangat tinggi. Pagi hari, sekitar pukul 7, suhu permukaan tanah bisa mencapai 28o C. Puncaknya, pada pukul 1 siang, suhu tanah bahkan bisa mencapai 40o C. Dengan suhu yang sangat panas, maka kadar air tanah hanya berkisar 0,16 sampai 0,32 persen.

Penguapan air (evapotranspirasi) di sini sangat tinggi. Air sangat mudah menguap dari tanah. Sebaliknya, kandungan bahan organik dalam tanah sangat rendah, berkisar antara 0,2 sampai 0,75 persen. Tingkat keasaman (pH) tanah antara 6—6,8. Intinya, lahan di sini sangat tidak bagus untuk pertanian.

papan nama pantai bugel - DIY Yogyakarta : Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakarta
villa di pantai bugel - DIY Yogyakarta : Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakarta

Meski demikian, kedalaman air tawar di tempat ini hanya 5—6 meter. Air sumur inilah yang menjadi modal besar petani setempat untuk mengubah lahan kritis ini menjadi lahan pertanian.

Mengubah Lahan Kritis

Enam tahun lalu, Tim Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) memulai penelitian di daerah tersebut. Tim peneliti mulai dengan menanam 800 pohon cemara udang (Casuarina equisetifolia) di tepi pantai.

Selain berfungsi memecah angin laut yang berkadar garam tinggi dan merusak tanaman pertanian (wind breaker), serasah pohon-pohon itu juga dipakai sebagai mulsa bagi tanah. Pohon cemara ini juga ditanam untuk menekan terjadinya pemindahan tanah, merangsang iklim mikro di kawasan tersebut, dan mengurangi potensi terjadinya tsunami di wilayah yang memang sangat terbuka tersebut.

Selanjutnya, di lahannya masing-masing, petani menanam pohon buah naga (Hylocerous undartus sp), satu varietas lahan kering. Pengelolaan lahan ini dilakukan dengan cara penambahan bahan organik, pemupukan, dan penggunaan teknologi tepat guna.

Pemupukan menggunakan pupuk kandang dari kotoran sapi dan mulsa pohon cemara udang, bukan pupuk kimia. Rata-rata petani di desa ini mempunyai tiga ekor sapi. Jadi, kotoran sapi sebagai bahan untuk pupuk organik dengan mudah bisa didapat. Biasanya pemupukan ini dilakukan secara gotong royong. Adapun penggunaan mulsa organik bertujuan mengurangi penguapan air tanah (evaporasi). Mulsa ditebar di atas tanah yang sudah dibuat menjadi guludan.

Bagian paling penting dari perubahan lahan di sini adalah penggunaan teknologi tepat guna. Ada tiga teknologi yang digunakan yaitu mulsa plastik, sumur renteng, dan lapisan untuk mengurangi permeabilitas tanah. Pemakaian mulsa plastik dimaksudkan untuk menjaga kelembapan tanah. Adapun sumur renteng adalah teknologi sederhana berupa sumur-sumur kecil berair tawar untuk mengairi lahan. Ada satu sumur utama yang airnya dialirkan ke sumur-sumur kecil lainnya lewat pipa. Gunanya untuk memudahkan petani menyiram tanaman. Petani tinggal menciduk air dari sumur terdekat, tanpa harus ke sumur utama. Sumur renteng ini merupakan kearifan lokal yang menggunakan prinsip termodinamika dalam ilmu fisika.

Agar air siraman tidak langsung hilang karena tanah yang berpasir, di bawah lahan diberi bahan “pembenah tanah” berupa bentonit atau tanah lempung. Sayangnya, bentonit yang bisa dipakai selama enam sampai tujuh tahun ini harganya relatif mahal, sekitar Rp 30 juta. Karena itu petani lebih suka memakai tanah lempung.

Bahan pembenah tanah ini berada sekitar 40 cm di bawah permukaan tanah. Di atasnya ada pasir setebal 33 cm, dan jerami. Agar tanah itu subur, 5 cm paling atas dari tanah ini adalah campuran dari lempung, pupuk kandang, zeolit, dan pasir. Semen tidak dipakai karena membuat air cenderung tertahan, tidak meresap ke dalam tanah. Akibatnya permukaan lahan malah becek dan merusak tanaman.

Hasil Berlimpah Meningkatkan Status

Dengan menggunakan teknologi tepat guna tersebut, lahan kritis di Desa Bugel ternyata bisa berubah. Tidak sekadar menghasilkan, tetapi juga berlimpah. Sayuran seperti cabai, sawi, bawang, dan semangka bisa menghasilkan panen berkali lipat dibandingkan di daerah lain. Kemampuan ekonomi dan status sosial petani pun meningkat.

Komoditas unggulan petani setempat adalah cabai merah, sawi, dan semangka. Usaha hortikultura ini mengalami peningkatan signi.kan dengan teknologi yang sekarang digunakan. Misalnya komoditas semangka. Perhitungan pada lahan seluas 0,17 hektar dengan biaya usaha sekitar Rp 850 ribu per musim bisa menghasilkan hingga 4 ton. Hasil penjualan yang bisa diterima petani sampai Rp 3,2 juta. Namun, semangka tidak selalu ada sepanjang tahun. Buah ini umumnya ditanam antara Januari hingga Februari dan Oktober hingga Desember.

Komoditas lain yang juga mengalami peningkatan adalah cabai merah. Menurut penelitian Tim Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM, usaha cabai merah di atas lahan seluas 0,15 hektar bisa menghasilkan sekitar 2 ton cabai merah. Biaya yang diperlukan petani sekitar Rp 2,5 juta per musim. Biaya itu bisa ditutupi karena keuntungan kotor dari penjualan cabai mencapai Rp 14 juta per musim. Kalau dihitung, keuntungan bersih petani sekitar Rp 11,5 juta.

Selain semangka dan cabai merah, komoditas lain adalah sawi. Untuk usaha di atas lahan seluas 0,08 hektar, petani perlu biaya sebesar Rp 572 ribu untuk satu musim tanam, sekitar 15—20 hari. Keuntungan yang didapat sekitar Rp 1,6 juta untuk areal seluas 0,08 hektar.

Meningkatnya pendapatan petani setelah mengolah lahan pasir ini membuat status ekonomi dan sosial mereka naik. Sebagai contoh, daerah ini semula agak tandus dan tidak produktif sehingga warga desanya melakukan urbanisasi dan bekerja di kota. Namun karena tanahnya sudah produktif, kaum muda desa ini tidak lagi pergi ke kota. Mereka memilih bertani di desa. Peningkatan ekonomi juga membuat rumah berdinding bambu di desa tersebut kini berdinding tembok. Sarana ibadah makin megah. Sepeda motor pun ada di setiap rumah warga, sesuatu yang dulunya langka.

Pengalaman petani di Kulon Progo memberikan pelajaran bahwa petani dengan lahan kritis masih bisa mengubah kondisi mereka tanpa harus merusak alam. Pertama, petani menggunakan teknologi secara arif, yaitu teknologi ramah lingkungan untuk menjamin pertanian berkelanjutan. Contohnya, mereka tak mengubah gumuk- gumuk pasir dan tidak menggali terlalu dalam. Kedua, mereka sudah menjalankan sistem pertanian terpadu, dengan menggabungkan bercocok tanam dengan beternak sapi. Kotoran sapi kemudian dimanfaatkan untuk memperbaiki kesuburan tanah.

Galeri foto dari konten tentang Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakarta

Ada 6 potret di dalam Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakarta konten. Klik thumbnail dibawah ini untuk melihat semua 6 potret high-res.

Pantai bugel Surut - DIY Yogyakarta : Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakartapantai bugel - DIY Yogyakarta : Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakartapapan nama pantai bugel - DIY Yogyakarta : Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakartavilla di pantai bugel - DIY Yogyakarta : Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakartaombak di pantai bugel - DIY Yogyakarta : Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakartapanorama pantai bugel - DIY Yogyakarta : Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakarta

Apa pendapatmu tentang Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakarta

Tinggalkan Komentarmu soal Pantai Bugel Panjaitan, Kulon Progo – Yogyakarta Dibawah ini:

Artikel Terbaru:

Pantai Tanjung Pinggir, Batam
Berbicara tentang wisata bahari di Batam mungkin tidak akan pernah ada habisnya. Hampir ...

Pulau Jemur, Riau
Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Rokan Hilir merupakan sebuah daerah yang ...

Pulau Moyo, Sumbawa – NT
Sumbawa memiliki banyak tempat wisata menarik yang sangat terkenal dengan keindahan dan kealamiannya, ...

Pantai Balat, Sumbawa –
Pantai Balat – Panorama alam yang disuguhkan di Pulau Sumbawa memang sudah tidak ...

Gabung Yuk dengan Komunitas Pecinta Pantai Indonesia di FB, Klik Like:

Lokasi Pantai di Indonesia

Topik Populer

Pantai Populer

Pantai Baluk Rening, Jembrana – Ba
Pantai Karang Copong, Banten – Jawa Ba
Pantai Duta Wisata Lampung – Tempa
Pulau Kaget, Barito – Kalimantan Selat
Pulau Bungin, Sumbawa – NTB
Pantai Jumiang, Madura – Jawa Timu
Festival Pulau Makasar
Pantai Tablanusu, Jayapura – Papua

Indek Artikel : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indek Gambar : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Semua artikel pada web ini adalah hak cipta dari pasirpantai.com, atau sumber lain yang dicantumkan.
Semua gambar, foto dan video pada web ini adalah hak cipta dari pemiliknya.