Pulau Buru – Maluku

Rating: 82 out of 100, by 63 users
Kota Namlea, Pulau Buru - Maluku : Pulau Buru – Maluku

Pulau Buru merupakan salah satu pulau besar di Kepulauan Maluku. Dengan luas 8.473,2 km², dan panjang garis pantai 427,2 km, Pulau Buru menempati urutan ketiga setelah Pulau Halmahera di Maluku Utara dan dan Pulau Seram di Maluku Tengah. Secara umum Pulau Buru berupa perbukitan dan pegunungan. Puncak tertinggi mencapai 2.736 m.

Pulau ini terkenal sebagai pulau pengasingan bagi para tahanan politik pada zaman pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto.

Demografi

Menurut data BPS pada tahun 1997, jumlah penduduk Pulau Buru ialah 105.222 jiwa. Pada saat itu Buru terdiri dari 3 Kecamatan, yaitu :

Buru Utara Barat dengan ibu kota kecamatan di Air Buaya,

Buru Utara Timur dengan ibu kota kecamatan di Namlea

Buru Selatan dengan ibu kota kecamatan di Leksula.

Pada waktu itu pula ketiga kecamatan di Pulau Buru masih berada dalam wilayah Kabupaten Maluku Tengah yang beribu kota di Masohi, Seram.

Ada beberapa kelompok etnis yang menetap di Buru :

etnis asli, yakni Buru (baik di pesisir maupun di pedalaman)

etnis pendatang, yakni Ambon, Maluku Tenggara (terutama Kei), Ambalau, Kep. Sula (terutama Sanana), Buton, Bugis, dan Jawa (terutama di daerah pemukiman transmigrasi). Tidak diketahui data mengenai komposisi penduduk berdasarkan etnis.

perairan di pulau buru - Maluku : Pulau Buru – Maluku
Pulau Buru - Maluku : Pulau Buru – Maluku

Ada beberapa wilayah dataran di Pulau Buru. Dataran terluas adalah lembah Sungai Waepo di wilayah Kecamatan Buru Utara Selatan dengan Ibu Kota Mako. Dataran Waeapo ini pada awal ’70-an menjadi salah satu tempat pemukiman bagi para Tapol/Napol kasus G30S. Dan kemudian pada awal ’80-an mulai dibuka untuk unit-unit pemukiman transmigrasi dan sampai sekarang menjadi lumbung padi untuk Pulau Buru.

Selain Waeapo, Buru minim dengan dataran. Dataran yang lain umumnya sempit, dapat dijumpai di hampir sepanjang garis pantai utara bagian barat dan di hampir sepanjang garis pantai selatan bagian timur. Oleh karena itu, kecuali daerah Waeapo, daerah pemukiman padat penduduk lebih banyak di daerah pesisir. Semenjak Februari 2003, Kabupaten Buru dimekarkan dari 5 Kecamatan menjadi 10 kecamatan. Dengan demikian jumlah desa juga mengalami penambahan, dari 81 Desa menjadi 94 desa. Sementara itu jumlah Dusun ada 125 dusun .

Seiring perjalanan waktu, citra buram yang dimiliki pulau ini lambat laut menjadi surut. Bila di masa yang lalu pulau Buru lebih dikenal sebagai tempat yang menyeramkan karena menjadi kawasan orang-orang buangan, kini pulau yang berjarak 4 jam perjalanan laut dari kota Ambon tersebut tengah membenahi diri.

Keindahan alam dan kearifan lokal yang dimilikinya menawarkan sketsa menarik yang makin dicari oleh para wisatawan maupun pelancong.

Lokasi dan Transportasi

Untuk menuju pulau Buru, pelancong atau wisatawan bisa menaiki feri yang berangkat dari kota Ambon setiap pukul 17.00. Dengan feri tersebut, sebuah pelabuhan di kota Namlea bisa ditempuh dalam waktu 12 jam.

Bila menggunakan feri dirasa terlalu lama, kapal cepat yang bertolak dari pelabuhan Yos Sudarso di kota Ambon bisa dijadikan alternatif. Dengan kapal cepat, lama perjalanan akan dipersingkat menjadi 4 jam. tariff kapal cepat rute Ambon – P.Buru adalah 120 ribu untuk kelas non-kamar*. Kapal ekspress ini juga menawrkan kelas kamar seharga 300 ribu rupiah.

Penginapan yang memiliki dua lantai bernama Grand Sahar Hotel di kota Namlea bisa dijadikan tempat beristirahat atau menginap bila ingin menelusuri di pelosok kota lebih lama. Tariff per-malam penginapan yang punya fasilitas paling lengkap se-Namlea ini di patok 250 ribu per kamar.

Salah satu destinasi wisata yang bisa dikunjungi di pulau ini adalah danau rana. Selain pesona yang ditawarkan di perjalanan, danau terbesar di kepulauan Maluku ini punya keunikan dan keindahan yang patut dikagumi. Dua rute perjalanan bisa di jadikan pilihan bila ingin berkunjung kesana. Satu rute lewat jalan darat, satunya menyusuri perairan.

Bila pilihan jatuh ke rute darat, danau rana bisa di datangi dengan melewati sebuah desa yang bernama Wamlana. Desa ini berada di kecamatan air Buaya, sebuah kecamatan yang berjarak sekitar 80 KM dari kota Namlea. Dari kota yang menjadi satu-satunya pusat keramaian di pulau Buru tersebut perjalanan menuju ke kecamatan Air Buaya memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Perjalanan masih akan di lanjutkan dengan berganti kendaraan milik sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan. Nama perusahaan ini adalah PT. Gema Hutan Lestari. Suguhan panorama yang cantik sudah mulai bisa dinikmati dari desa Wamlana.

Perjalanan lanjutan sejauh lebih dari 40 KM ini akan menyusuri beberapa desa dan beraneka tanaman yang indah. Bila beruntung, sajian tari sawat bisa dijadikan tontonan yang menarik. Tarian selamat datang ini adalah asset berharga bagi suku asli pulau Buru yang menghuni desa-desa di pedalaman.

Rute kedua adalah rute yang penuh dengan petualangan dan sangat tidak disarankan. Perjalanan lewat rute ini akan menyinggahi desa Tifu di kecamatan Leksula. Dari Namlea , desa ini bisa dicapai dengan menggunakan speedboat selama kurang lebih 5 jam perjalanan.

Setibanya di sana perjalanan masih akan berlanjut dengan menumpang mobil truck sejauh 40 KM menuju desa Waelo. Dari desa ini, danau Rana bisa di capai setelah berjalan kaki sejauh kurang lebih 6 jam.

Danau yang berada di ketinggian 700 meter diatas permukaan laut ini punya beberapa dusun yang berdiri di sekitarnya. Nama-nama dusun tersebut adalah Air Dapa, Waegrahe, Waemite, Waeremang, Waemamboli, dan dusun Kaktuan. Mayoritas penhuninya adalah suku Rana.

Saat panen tiba, sebuah kearifan lokal yang disebut dengan wahadegen menjadi tradisi yang sayang bila dilewatkan begitu saja. Cerminan titisan leluhur ini bisa disaksikan lewat gerakan penari-penari yang menarikan ingafuka. Tetabuhan tifa dan lantunan syair-syair berbahasa lokal menjadi pengiring tarian yang indah tersebut.

Wahadegan adalah gelaran panjtan syukur atas panen pertama yang didapatkan. Bagi suku Rana yang menghuni kawasan pinggiran danau, panen pertama selayaknya tidak lalu dijual namun dinikmati bersama-sama.

Jangan heran bila terlihat banyak hidangan berbahan kacang tersaji; kacang rebus, kacang goreng, kue kacang dan beraneka sayur adalah variasi kuliner lokal yang bisa disantap bersama-sama di pinggiran danau. Selain berkebun suku Rana juga membuka lahannya dengan menjadikan padi sebagai tanaman utama.

Alam rupanya sudah menjadi satu dengan keberadaan suku Rana. Kekurangan bahan pangan tak pernah menjadi persoalan bagi suku yang terisolasi ini. Lahan yang mereka miliki tak semuanya dibuka untuk ditanami padi. Tanaman penghasil beras tersebut hanya ditanam kala musim hujan tiba.

Di masa kemarau mereka bergantung kepada hasil kebunnya. Kecantikan danau Rana bisa dinikmati dengan berperahu diatas permukaan airnya yang tenang. Pendaran warna lembayung terlukis oleh paparan sinar sang surya diatas riak-riak air danau.

Arakan awan yang membentuk kanopi langit menjadi latar belakang yang menciptakan aura surgawi. Semilir angin yang berhembus selalu menggoda pengunjung danau Rana untuk tak segera bergegas pulang.

Tak rugi rasanya bila mengeluarkan selembar uang 100 ribuan untuk menyewa perahu milik warga dusun setempat. Terlebih lagi sampan-sampan kayu tersebut bisa diminta menghantarkan kemana saja tanpa ada batasan waktu.

Selain danau Rana, pelancong dan wisatawan juga bisa mendatangi pantai Jikumerasa yang lokasinya tak jauh dari kota Namlea. Selain itu, melongok sentra produksi pembuatan minyak kayu putih juga dijamin bisa menambah pengalaman berwisata anda di pulau Buru.

Cajuputi dari Pulau Buru

Melaleuca Cajuputi atau Melaleuca Leucadendron itulah nama tanaman penghasil ekstrak minyak kayu putih yang khasiatnya telah banyak dimanfaatkan oleh semua orang. Rematik, diare, radang usus, radang kulit, flu dan demam adalah beberapa penyakit yang bisa disembuhkan.

Yang asli, botol-botol wadahnya banyak bisa ditemui di kota Ambon atau juga di kota Namlea, sebuah kota kecil yang berada di pulau Buru, Maluku.

Namlea terpisah jaraknya dengan kota Ambon. Untuk mendatanginya, pelancong bisa menggunakan kapal cepat yang bertolak dari pelabuhan di ibukota provinsi Maluku tersebut dengan lama perjalanan kurang lebih 4 jam. tiket yang dijual terbagi dalam 2 kelas, kamar dan non-kamar.

Untuk bisa tidur nyenyak di perjalanan, tiket kamar di jual dengan harga 300 ribu rupiah per-orang, sedangkan kelas non-kamarnya bisa didapatkan dengan harga 120 ribu rupiah per-penumpang.

Bagi yang membawa kendaraan dari ambon untuk plesiran di pulau Buru yang punya beberapa destinasi wisata menarik, bisa menaiki feri. Waktu tempuhnya lebih lama, yaitu sekitar 12 jam. Dari Ambon feri ini berangkat setiap jam 5 sore.

Tak seperti di kota-kota lain, di Namlea, botol-botol bekas penampung minyak kayu putih dijual tanpa merek, bahkan tak berlabel. Ukuran botol menjadi acuan bagi harganya. Botol besar ditawarkan dengan harga 80 ribu rupiah, untuk yang kecil di jual 40 ribu rupiah.

Untuk menakar kualitas dan kadar ekstrak minyak dari tanaman kayu putih, masyarakat lokal masih menggunakan beberapa cara yang sederhana. Diantaranya dengan membuka tutup botolnya dan meletakkan mulut botol tepat di bawah mata. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat panasnya.

Cara lainnya yang lebih aman adalah dengan melihat banyaknya busa yang dihasilkan setelah botolnya terkocok dalam keadaaan tertutup.

Iklim panas yang dimiliki oleh daratannya dan rendahnya curah hujan di sana menjadikan tanaman kayu putih tumbuh dengan subur di pulau Buru. Ekstrak minyak yang didapatkan dari tanaman kayu putih yang tumbuh di pulau Buru juga memiliki kandungan rendemen dan cineol yang lebih baik dari tanaman kayu putih yang tumbuh di daerah-daerah lain di Indonesia. Cineol pada tanaman kayu putih inilah yang berkhasiat sebagai penghilang rasa sakit, pereda luka bakar dan berfungsi juga sebagai antiseptic.

Sekedar meng-komparasi, ekstrak minyak yang di dapatkan dari tanaman kayu putih yang tumbuh di daratan Jawa mengandung rendemen 0,8% -1%, dan cineol 50%-60%, persentase tersebut masih lebih sedikit dindingkan ekstrak minyak yang didapatkan di pulau buru yang memiliki rendemen hingga 2,05% dengan kandungan cineol sebesar 65%.

Warga masyarakat pulau Buru juga masih menggunakan kearifan lokal sederhana untuk melakukan penyulingan ekstrak kayu putih. Proses yang jauh dari penggunaan mesin modern ini biasanya juga melibatkan para anggota keluarga.

Untuk melakukan penyulingan setiap keluarga dilengkapi dengan 2 ketel. Masing-masing berguna sebagai wadah untuk memasak daun kayu putih dan yang lainnya untuk menampung uap hasil rebusan.

Daun-daun kayu putih tersebut sudah dikumpulkan sebelumnya di sebuah wadah rotan. Butuh waktu berbulan-bulan bagi satu keluarga untuk mengumpulkan dedaunan ini. Pekerjaan memetik daun yang dikenal dengan istilah urut daun ini biasanya dimulain di pagi hari hingga menjelang matahari terbenam.

Proses memasak daun-daun kayu putih butuh waktu sehari semalam. Makin cepat daun-daun ini dimasak maka makin baik juga kualitas hasil sulingan yang diinginkan. Dalam satu hari, ketel-ketel ini bekerja selama 3 kali pemasakan. Dari 3 kali masak, ekstrak uap yang tertampung di ketel penyulingan bisa digunakan untuk mengisi 4 botol yang masing-masing bervolume 620 mili liter atau sekitar 7 kilogram minyak kayu putih.

Perbotol nya, minyak kayu putih ini dijual seharga 100 ribu hingga 120 ribu rupiah. Oleh pengecer minyak kayu putih ini di tuang lagi ke dalam botol-botol yang berukuran lebih kecil dan dijual dengan beragam harga.

Selain sistem keluarga, produksi minyak kayu putih di pulau Buru juga di lakukan oleh pengusaha-pengusaha yang menggandeng warga lokal. Para pekerja penyulingan ini di beri imbalan bagi hasil. Salah satunya adalah CV Elan Vital. Dengan mengoperasikan 4 ketel yang dimilikinya, setiap bulannya perusahaan ini bisa menghasilkan hingga 2,5 ton ekstrak minyak kayu putih.

Karyawannya terbagi menjadi 2 golongan yaitu pekerja tetap dan borongan. Memetik daun-daun kayu putih menjadi tugas dari pekerja borongan. Seharinya mereka bisa memetik 140 kilo daun kayu putih.

Pulau Buru juga memiliki berbagai destinasi wisata menarik. Selain bisa menyaksikan proses pengerjaan penyulingan minyak kayu putih, pelancong dan wisatawan bisa mendatangi pantai Jikumerasa yang indah atau plesiran di danau Rana. Bila ingin bermalam, Hotel Grand Sarah bisa dijadikan tempat bermalam. Hotel ini punya fasilitas yang cukup menjadikan tamu-tamunya betah.

Grand Sarah menetapkan harga 250 ribu rupiah semalamnya* untuk bisa menempati salah satu dari 30 kamar yang dimilikinya. Hotel ini juga menjual minyak kayu putih asli yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Jadi bagi yang menginap di sana tak perlu lagi mencari di tempat lain.

 

Galeri foto dari informasi tentang Pulau Buru – Maluku

Ada 5 gambar di dalam Pulau Buru – Maluku informasi. Klik thumbnail dibawah ini untuk melihat semua 5 gambar high-res.

Pulau Buru - Maluku : Pulau Buru – MalukuKeindahan Danau Rana, Pulau Buru - Maluku : Pulau Buru – MalukuKota Namlea, Pulau Buru - Maluku : Pulau Buru – MalukuPeta Pulau Buru - Maluku : Pulau Buru – Malukuperairan di pulau buru - Maluku : Pulau Buru – Maluku

Apa pendapatmu tentang Pulau Buru – Maluku

Tinggalkan Komentarmu soal Pulau Buru – Maluku Dibawah ini:

Artikel Terbaru:

Pantai Goa, Sumbawa – NT
Berlibur ke Pulau Sumbawa, tak hanya sekedar untuk menikmati alamnya yang indah saja, ...

Pantai Bingin, Badung –
Pantai BINGIN berlokasi di bali selatan. Ombak di pantai ini memang sangat bagus ...

Pulau Moyo, Sumbawa – NT
Sumbawa memiliki banyak tempat wisata menarik yang sangat terkenal dengan keindahan dan kealamiannya, ...

Pantai Kamdera, Kamdera –
Pantai Kamdera – Kita semua pasti sudah tahu bahwa jayapura memang memiliki keindahan ...

Gabung Yuk dengan Komunitas Pecinta Pantai Indonesia di FB, Klik Like:

Lokasi Pantai di Indonesia

Topik Populer

Pantai Populer

Pantai Pasir Putih Holtekamp, Jayapura &
Pantai Benete, Sumbawa – NTB
Pantai Teupin Layeu dan Pantai Teupin Si
Taman Wisata 17 Pulau, Riung – Flores
Pantai Modangan, Malang – Jawa Timur
Pantai Batu Kerbuy, Madura – Jawa
Pantai Tablolong & Gua Kristal, Kup
Pantai Dok II, Jayapura – Papua

Indek Artikel : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indek Gambar : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Semua artikel pada web ini adalah hak cipta dari pasirpantai.com, atau sumber lain yang dicantumkan.
Semua gambar, foto dan video pada web ini adalah hak cipta dari pemiliknya.