Pulau ini adalah salah satu dari puluhan pulau yang berada di gugusan kepulauan Wakatobi. Wakatobi sendiri adalah singkatan dari empat pulau terbesar yang ada di gugusan tersebut, keempatnya adalah P. Wanci, P. Kaledupa, P. Tomia, dan yang terakhir adalah P. Binongko.
Telah terkenal sampai ke mancanegara, gugusan kepulauan Wakatobi memang memberikan perairan nya kekayaan yang tak terhingga. Jangan tanya berapa jumlah ikan yang ada di dalam nya, karena ribuan jumlah nya. Jangan tanya pula ada berapa jenis nya, karena ratusan adalah jawaban nya.
Lokasi Dan Transportasi
Pulau Tomia sendiri berada di jarak tempuh 4 jam-an dari Wanci atau ‘Wangi-Wangi’, sebuah ibukota kabupaten yang merupakan pintu masuk bagi wisatawan atau pelancong yang bermaksud menikmati kekayaan bawah laut di Wakatobi.
Perjalanan ke ibukota kabupaten Wakatobi ini bisa ditempuh dengan kapal kayu yang berangkat dari kota Bau-Bau. Matras yang menjadi alas tidur dan pemandangan laut akan menemani perjalanan selama kira-kira 10 jam-an.
Wisata
Salah satu pemandangan yang bisa dinikmati adalah perkampungan suku Bajo yang sebagian sudah menyatu dengan daratan berkombinasi dengan rumah-rumah asli suku ini yang semuanya ‘mengapung’ di atas permukaan air laut’.
Di perairan sekitar Pulau Tomia terdapat kurang lebih 50 titik penyelaman yang kerap didatangi pecinta olah raga selam. Hampir semuanya memiliki ‘under water visibiliy’ sejauh 30 meter. Peraiaran Wakatobi memang sudah banyak di akui sebagai salah satu diving site yang memiliki kejernihan air yang luar biasa bersih.
Barisan ratusan ikan-ikan barracuda yang membentuk beragam formasi bisa disaksikan di kedalaman perairan Teluk Maya, sebuah teluk yang lokasi nya berdekatan dengan dengan Pulau Tomia. Barisan karang yang berada di bawah nya membentuk ‘taman-taman bunga’ di bawah laut, lengkap dengan nuansa indah yang berasal dari aneka warna ikan yang berenang hilir mudik di sekitarnya.
Di sebuah spot diving yang bernama ‘Marimabuk’, penyelam bisa menikmati kecepatan berenang beragam ikan. Beberapa jenis ikan yang ada di titik penyelaman ini bergerak dengan kecepatan tinggi. Keragaman warna yang dimilikinya menciptakan panorama bawah laut luar biasa.
Terumbu karang yang ada di ‘Marimabuk’ juga tak kalah menariknya, jarak tumbuh karang-karang amatlah dekat. Terumbu karang nya juga tumbuh dengan sehat dan subur. ‘Sea Fan’, adalah satu jenis soft coral cantik yang bisa dilihat di site penyelaman ini, selain beragam karang lain yang berbentuk jamur, bunga, dan pohon-pohon kecil.
Semuanya juga memiliki warna yang berbeda, benar-benar menciptakan pemandangan yang sama sekali berbeda di tiap jengkalnya.
Keaneka ragaman fauna bawah airnya juga harus diacungi jempol. Nudibranch, bumphead parrot fish, moray eel, lion fish, penyu serta ular laut adalah makhluk-makhluk bawah air yang bisa di saksikan polah tingkahnya. Clownfish yang di tempat lain berwarna kuning, di ‘Marimabuk’ ikan jenis ini bisa terlihat yang versi ungu dan biru nya.
Keindahan bawah air juga bisa di saksikan di daerah pantai. Untuk yang satu ini, Pantai ‘Ndaa’ menawarkan kelebihannya. Pecinta snorkeling akan betah berlama-lama berada di bawah air karena terumbu karang yang ada di perairan pulau ini bisa diamati dengan jelas.
‘Scorpion fish’ yang merupakan salah satu biota laut yang biasanya hanya terlihat di kedalaman, di pesisir pantai ini bisa diamati tanpa harus mengenakan peralatan selam yang lumayan berat.
Tomia juga memiliki padang rumput yang indah. Letaknya berada di puncak bukit, ‘Kahiyanga’ namanya. Sebuah tempat yang bisa didatangi dengan menggunakan kendaraan roda 2 dari segala arah. Puncak yang berada di ketinggian hampir 180 meter diatas permukaan laut ini terletak di desa Kahiyanga.
Dengan menjejakkan kaki di pundak bukitnya, maka keindahan panorama alami bagai surga akan terbentang di depan mata. Hijaunya padang rumput yang terhampar di sekeliling menciptakan permadani yang menutupi ratusan hektar luasan area nya. Meski lebat, tinggi rumput di padang hijau ini hanya setinggi mata kaki.
Sifatnya yang mudah terbakar menyimpan rapi kelembutan batang-batang nya. Beberapa pohon yang jumlah nya dapat di hitung dengan jari turut tumbuh di atas bukit ini. Rindang daun nya semakin mempertebal nuansa ‘padang sabana’ yang telah ada.
Jutaan ‘kima raksasa’ (kerang laut) dan fosil karang-karang laut bisa di temui di atas bukit yang dulunya tertutup lautan ini. Bentuk-bentuk nya amatlah khas meski berbeda satu sama lain. Sebuah bentuk bunga-bunga karang yang sama persis dengan yang berada di kedalaman perairan sekitar pulau Tomia.
Bentangan karang atol yang keputihan warna nya terlihat dengan jelas meski ribuan mil nun jauh disana. Karang-karang panjang di dekat Pulau Kaledupa itu terlihat hanya setinggi mata kaki dalam nya, meski sebenarnya tingginya sampai dada manusia dewasa.
Lalu lalang kapal-kapal kayu yang berlayar di selat Tomia bisa disaksikan setiap hampir 20 menit, sebuah pengisi waktu tunggu yang sempurna bagi terbenam nya matahari yang panorama nya tampak indah bila disaksikan dari sini. Di malam hari, gemerlap lampu-lampu rumah warga di bawah sana bisa menjadi penutup perjalanan yang indah.
Mengupas Kelas Masyarakat Di Pulau Tomia Melalui KAWATI
Tomia merupakan salah satu pulau besar di Kepulauan Wakatobi yang memiliki karakteristik kultur yang unik. Secara umum, masyarakat di Tomia terbagi menjadi tiga Kawati (suku) yaitu Kawati Timo, Kawati Tongano, dan Kawati Waha. Masing-masing kawati tersebut memiliki karakteristik sendiri yang menjadi ciri khasnya masing-masing. Kawati bukan istilah untuk menyebut bagaimana sebenarnya posisi administratif dalam pemerintahan melainkan suatu sistem adat yang sudah ada sejak jaman nenek moyang. Walaupun masing-masing kawati terdiri dari beberapa desa dan memiliki batas wilayah adat yang jelas. Selain karakteristik masing-masing Kawati yang khas, cara mudah untuk menentukan bagaimana seseorang berasal dari Kawati mana adalah melalui bahasa yang digunakan. Ya, karena masing-masing Kawati memiliki bahasa yang berbeda-beda.
Kawati Timo (4 desa)
Masyarakat kawati ini sebagian besar bekerja sebagai petani darat yang menghasilkan sayur-sayuran, umbi, maupun buah-buahan dan sebagian kecil lainnya bekerja sebagai nelayan. Karakteristik bentang alam yang berbukit menjadi salah satu faktor yang berperan dalam hal ini. Sebagai petani, masyarakat Tomia masih memegang teguh prinsip gotong royong dengan kuat dibandingkan dengan dua kawati lain. Karakter tersebut yang menjadi ciri khas kawati ini meskipun dari sisi ekonomi bisa dikatakan pertumbuhan ekonominya sedikit lambat. Selain ciri khas tersebut, di Tomia ada tari-tarian khas yang tidak ada di Kawati lain. Tokoh adat sangat dihormati dan menjadi panutan masyarakat karena dipandang mengerti sejarah dari Kawati mereka.
Kawati Tongano (9 desa)
Kawati ini bisa dikatakan borjuisnya pulau Tomia, setidaknya itu yang disampaikan oleh narasumber. Lebih jauh lagi dari hasil analisis diperoleh bahwa masyarakat Kawati Tongano sebagian besar bekerja sebagai saudagar (pelaut) yang melakukan aktivitas perdagangan antar pulau. Hal tersebut yang membuat pertumbuhan ekonomi di Kawati ini cukup tinggi, salah satu hal yang bisa menjadi indikator adalah banyak warga yang telah menunaikan ibadah haji. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi dan tipe pekerjaan yang dilakukan menumbuhkan ego yang tinggi di antara masyarakat kawati Tongano. Masyarakat Tongano lebih individualistis dan mementingkan segala yang dilakukan dalam masyarakat dari segi keuntungan ekonomis. Mereka lebih mudah menerima budaya yang berasal dari luar. Tokoh adat dalam kawati ini hanya berperan dalam urusan yang berhubungan dengan ritual adat saja, berbeda dengan Kawati Timo dimana tokoh adat juga bisa menjadi mediator konflik yang terjadi di masyarakat.
Kawati Waha (9 desa)
Keinginan yang kuat untuk berkelompok adalah ciri khas dari Kawati Waha dilatarbelakangi perbaikan kehidupan ekonomi. Sampai saat ini ada dua kelompok nelayan besar yang ada di Kawati ini. Posisi geografis yang menguntungkan membuat sebagian besar anggota Kawati ini bekerja sebagai nelayan. Karakteristik masyarakat .
Tidak jarang terjadi konflik yang melibatkan tiga Kawati tersebut. Manifestasi konflik tampak jelas terlihat adalah baku hantam antar masyarakat pada saat menonton dangdut. Setelah ditelusuri ternyata kelompok yang terlibat baku hantam berasal dari kawati yang berbeda. Berdasarkan informasi narasumber salah satu hal yang menjadi landasan konflik adalah pemindahan ibukota kecamatan dari desa yang dulu masuk Kawati Tongano ke salah satu desa yang menjadi bagian dari Kawati Waha karena latar belakang keuntungan posisi geografis.
Hal tersebut menimbulkan kecemburuan dalam masyarakat kawati Tongano sampai akhirnya pemerintah memekarkan Tomia menjadi dua Kecamatan yaitu Kecamatan Tomia (ibukota kecamatan ada di Kawati Waha) dan Kecamatan Tomia Timur (ibukota kecamatan ada di Kawati Tongano).
Ada 4 foto di dalam Pulau Tomia, Wakatobi – Sulawesi Tenggara posting. Klik thumbnail dibawah ini untuk melihat semua 4 foto high-res.
Artikel Terbaru:
Pantai Poto Batu, Sumbawa RPantai Poto Batu – Tak akan pernah ada habisnya jika membicarakan keindahan alam ...
Taman Wisata 17 Pulau, Riung âWilayah NTT saat ini dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata khususnya wisata laut ...
Pulau Sabolon, Flores – Flores, Nusa Tenggara Timur yang terkenal dengan Taman Wisata Pulau Komodo-nya itu ternyata ...
Pantai Bantol, Malang – JawaPantai Bantol belum dikenal secara umum karena jauhnya dari perkampungan. Pengunjung biasanya adalah ...
Gabung Yuk dengan Komunitas Pecinta Pantai Indonesia di FB, Klik Like:
Lokasi Pantai di Indonesia
Topik Populer
Indek Artikel : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indek Gambar : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Semua artikel pada web ini adalah hak cipta dari pasirpantai.com, atau sumber lain yang dicantumkan.
Semua gambar, foto dan video pada web ini adalah hak cipta dari pemiliknya.
Tinggalkan Komentarmu soal Pulau Tomia, Wakatobi – Sulawesi Tenggara Dibawah ini: