Pantai Ratenggaro, Sumba – NTT

Rating: 88 out of 100, by 112 users
Keindahan Ratenggaro Island - NTT : Pantai Ratenggaro, Sumba – NTT

Salah satu pantai terindah di indonesia, Pantai Retenggaro terletak di Kabupaten Kodi, Sumba, NTT. Kurang lebih satu jam berkendara dari kota Waikabubak. Pantai ini masih alami, bersih dan rapi, memiliki kualitas pemandangan yang luar biasa. Pulau sumba memiliki luas yang hampir sama dengan pulau bali. Sumba terkenal dengan kuda dan tenun ikatnya, tenun ikat bisa dijadikan cindera mata ketika anda berilibur ke pantai Ratenggaro.

Pantai Ratenggaro berpasir putih dan laut biru ini dikelilingi tebing batu rendah dan masih tersisa kuburan batu megalitik, yang paling unik dari pantai ini tedapat muara sungai yang berair biru dan beralas pasir, pantai yang menjadi tempat dari muara sungai menjadi pemandangan yang unik dan tidak anda temukan di pantai lainnya. Air laut pun membuat lagun dengan latar belakang rumah tradisional Sumba dengan atap tinggi.

Pantai Ratenggaro, Pesonanya tidak hanya bersumber dari pantainya yang eksotis. Kawasan pantainya terasa berdaya magis tinggi karena di sekitarnya tetap bertahan sejumlah kuburan batu tua peninggalan zaman megalitikum, sekitar 4.500 tahun lalu.

Keindahan Ratenggaro memang tidak diragukan. Garis pantainya berpasir putih, menghadap laut lepas berair bening. Deburan ombaknya tak pernah lelah menderu. Gemanya terdengar hingga perkampungan Desa Bondo Kodi, – tetangga belakang Ratenggaro, – melalui lengkungan muara Sungai Waiha di sekitarnya.

Ratenggaro sendiri sebenarnya nama kampung adat yang kini merupakan bagian wilayah Desa Ratenggaro, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya atau SBD di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Jaraknya sekitar 35 km arah barat daya Tambolaka, kota Kabupaten SBD.

Kampung adat itu awalnya tumbuh di sekitar bibir pantai yang langsung menghadap Lautan Hindia. Rumpun perumahan yang semuanya bermenara, telah lenyap, entah sejak kapan. Yang tersisa kini sebagian kuburan batu.

Setidaknya ada tiga kuburan batu asli berusia sangat tua, yang masih utuh di sekitar bibir pantai itu. kuburan batu format dolmen paling besar adalah ”rumah tinggal” leluhur mereka yang bernama Rato Pati Leko. Dua lainnya adalah kuburan dua putranya, Rangga Katoda dan Bhoka Roti.

Mereka bahkan tetap hafal kalau batu kubur leluhurnya itu diambil dari wilayah kampung adat tetangganya, Wainyapu, yang berlokasi di seberang muara atau teluk.

Pantai Ratenggaro Sumba NTT - NTT : Pantai Ratenggaro, Sumba – NTT
Keindahan Ratenggaro Island - NTT : Pantai Ratenggaro, Sumba – NTT

Di kisahkan lempengan batu itu sebelum dibentuk, berukuran raksasa. Proses penyeretannya di waktu silam melibatkan ratusan bahkan ribuan massa. Mereka tidak hanya leluhur Ratenggaro, tetapi juga leluhur warga dari sejumlah kampung tua lainnya di sekitarnya.

Setelah melalui ritual adat dengan hewan kurban tidak sedikit, batu kubur itu diseret beramai ramai hingga berhasil menyeberangi teluk yang juga merupakan muara Sungai Waiha di sisi timur Ratenggaro.

Mengutip penuturan para tetua, Hona Leko mengisahkan para leluhur penyeret batu kubur itu awalnya sempat ragu bisa melewati teluk karena kolam airnya cukup dalam, hingga setinggi leher orang dewasa.

”Namun saat penyeretan hendak menyeberangi teluk, mukjizat datang. Air lautnya tiba tiba surut hingga upaya penyeretan berhasil menyeberangi teluk tanpa halangan berarti,” tutur Hona Leko.

Ritual Marapu

Kampung adatnya sendiri– entah sejak kapan pula–sudah dipindahkan ke lokasi lain di sekitarnya. Tetap dengan nama sama, Ratenggaro, lokasi kampung penggantinya kini bertengger di puncak dinding tebing dalam lengkungan muara Sungai Waiha. Lokasinya menjauh sekitar 200 meter dari lokasi lama.

Pergeseran lokasi kampung itu semata-mata akibat keganasan abrasi. Gempuran ombak Lautan Hindia secara perlahan namun pasti terus menggerus kawasan pantai yang merupakan wilayah kampung adat Ratenggaro, hingga akhirnya harus dipindahkan ke lokasi sekarang.

”Kalau menurut cerita para tetua, dulu ketika kampung adat Ratenggaro masih di lokasi lama, daratannya dari titik kuburan hingga sekitar 1 kilometer (km) ke arah lautan. Sekarang lautnya sudah hampir menyentuh kuburan,” tutur Daniel Winyo Bela, yang sehari-hari sebagai guru SMA Negeri I Kodi. Ia petang itu juga berkunjung ke Pantai Ratenggaro bersama sejumlah warga lainnya.

Rupanya petaka terus menghantui kampung adat Ratenggaro. Jika kampung adat lama harus bergeser akibat gerusan abrasi, kampung adat yang sekarang malah tertimpa musibah kebakaran awal Juni 2011. Dilaporkan 13 unit rumah berarsitektur unik itu ludes di lalap api.

Atas inisiatif dan usaha budayawan Sumba, Pastor Robert Ramone CSsR, perkampungan adat Ratenggaro berhasil dibangun kembali Agustus 2011. Pembangunannya itu didahului ritual adat Marapu, kepercayaan tua Sumba.

Lisa Tirto Utomo, pendiri sekaligus pemilik perusahaan air mineral Aqua, ikut berpartisipasi dalam pembangunan kembali perkampungan adat tersebut. Kontribusinya berupa sumbangan dana senilai Rp 55 juta.

Pada saat hampir bersamaan, Robert Ramome-biarawan Katolik kelahiran Kodi Bangedo, 29 Agustus 1962-itu juga berusaha merampungkan museum yang sekaligus menjadi pusat budaya Sumba di Weetabula, SBD.

Bagi Robert, perjuangan membangun kembali rumah adat Ratenggaro dan museum tersebut adalah bagian dari upaya agar orang Sumba tidak sampai tercerabut dari akar budayanya.

Kata dia, perjuangan membangun kembali rumah adat Ratenggaro dan juga museum tersebut, sekaligus merupakan bagian dari upaya menumbuhkan kebanggaan di kalangan orang Sumba atas peninggalan budayanya yang bersumber dari Marapu.

”Lebih dari 60 persen penduduk Sumba beraliran kepercayaan Marapu. Kepercayaan tua itu bahkan hingga kini masih bertahan dan memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan orang Sumba. Karena itu, jangan mengaku pernah ke Sumba kalau belum bersentuhan dengan Marapu,” tutur Robert Ramone.

Pembangunan kembali kampung adat Ratenggaro tidak berarti langsung mengenyahkan ancaman atas kawasan pantainya, terutama terkait keberadaan kuburan batu. Mungkin perlu ritual khusus secara Marapu agar kuburan batu itu terbebas dari gerusan abrasi Lautan Hindia.

Lokasi lama Kampung Ratenggaro hanya menyisakan kuburan batu. Belasan rumah pendukungnya yang berarsitektur inik, tak ada lagi.

Namun daya magis bekas kampung tua itu-sebagaimana diakui sejumlah tetua-terasa seperti tidak pernah beranjak. Setiap sore selalu ada saja warga sekitar yang berkunjung. Sebagian di antaranya-terutama para tetuanya-konon berkunjung hanya sekadar ingin ”berjumpa” dengan leluhur mereka di Ratenggaro.

Jika Anda berkunjung ke Ratenggaro atau kawasan lain Pulau Sumba, jangan lupa mengenakan sepatu tertutup. Kelengkapan itu guna menghindari kemungkinan serangan tetanus yang bersumber dari kotoran hewan terutama kuda, yang berserakan di mana mana.

Kampung ini memiliki keunikan pada rumah adat (Uma Kelada) dengan menara yang menjulang tinggi mencapai 15 meter, berbeda dengan rumah – rumah adat di kampung lainnya yang tinggi menaranya hanya mencapai 8 meter.

Ratenggaro yang berarti Kubur Garo ini menjadi terkenal karena adanya 304 buah kubur batu dan 3 diantaranya berbentuk unik yang terletak dipinggir laut dan merupakan kuburan bersejarah. Masyarakat dikampung ini masih mempraktekkan tradisi Marapu dan adat istiadat peninggalan leluhur seperti kampung – kampung lain pada umumnya yang ada di kabupaten Sumba Barat Daya.

Lokasi situs Kampung Ratenggaro berdekatan dengan situs kampung Wainyapu yang juga terletak di pinggir pantai dan muara sungai Waiha dengan bentangan pantai berpasir putih yang terus diterjang oleh gelombang pantai selatan yang sangat kuat dengan gulungan ombak yang panjang.

Kampung Ratenggaro juga sering di datangi oleh wisatawan kapal pesiar karena terletak di pinggir pantai dan terlihat jelas dari kejauhan ketika berada di atas kapal, serta sangat mudah dijangkau dari bibir pantai dengan berjalan kaki sekitar 200 meter.

Akt­iv­itas

Wisat­awan dapat melak­ukan kegi­atan ber­sel­an­car, ber­jemur sam­bil menyak­sikan per­paduan suas­ana alam dan budaya yang ek­sotik dan jauh dari ker­a­main kota. Tiga kubur batu yang ter­le­tak di ping­gir pantai dengan ben­tuk yang tidak lasim, dapat men­jadi pi­li­han untuk pene­li­tian dan men­gun­gkap ra­hasia yang masih terpen­dam dari jaman dahulu. Untuk kegi­atan ber­sel­an­car para wisat­awan harus mem­bawa per­al­atan sendiri kar­ena belum ada tem­pat penye­waan per­al­atan ber­sel­an­car. In­formasi dapat menghubungi dinas pari­wisata Sumba Barat Daya lewat e-mail: disbuparsbd@yahoo.com atau menghubungi juru pe­li­hara situs.

Ako­mo­dasi

Belum terse­dia ako­mo­dasi dan restoran yang dekat dengan situs ini, se­hingga wisat­awan harus men­ginap di kota Tam­bolaka yang ber­jarak 56 km ke lokasi situs, dan di­harap­kan mem­bawa bekal makanan saat berkun­jung ke situs ini.

Trans­portasi

Jarak dari kota Tam­bolaka ke lokasi situs 56 km dan dapat ditem­puh dalam waktu 1 jam 30 menit, dengan kond­isi jalan be­raspal dan terpe­li­hara dengan baik. Untuk men­capai kam­pung ini, dari kota Tam­bolaka anda dapat menyewa jasa travel atau meng­gun­akan an­gkutan umum mini bus jur­usan Kodi yang ber­op­er­asi se­tiap hari. Jika meng­gun­akan mini bus anda harus turun di Bondo Kodi dan melan­jutkan dengan menyewa ojek.

Pantai ini merupakan kombinasi wisata alam dan budaya karena dekat pantai terdapat situs kampung adat Ratenggaro dengan kubur – kubur batu tua yang unik dan bersejarah persis di pinggir pantai.

Pantai ini memiliki ombak yang cukup besar dengan gulungan yang panjang sehingga sangat cocok untuk kegiatan seperti surfing, namun belum tersedia fasilitas untuk kegiatan wisata pantai.

Berjarak 48 km dari Tambolaka ibukota kabupaten Sumba Barat daya, jalan sudah beraspal yang menghubungkan antara kota tambolaka, Kecamatan Kodi dan Kecamatan Kodi Bangedo dan sampai di Lokasi Obyek Wisata.

Tersedia Angkutan umum berupa Mini Bus sampai di Bondo Kodi dan dilanjut dengan menggunakan Ojek, atau bisa menggunakan travel dari kota Tambolaka langsung ke obyek wisata. Akomodasi dan restoran hanya ada di kota Tambolaka.

Galeri gambar dari info tentang Pantai Ratenggaro, Sumba – NTT

Ada 7 potret di dalam Pantai Ratenggaro, Sumba – NTT info. Klik thumbnail dibawah ini untuk melihat semua 7 potret high-res.

kuburan Megalitikum di Ratenggaro - NTT : Pantai Ratenggaro, Sumba – NTTPantai Ratenggaro Sumba NTT - NTT : Pantai Ratenggaro, Sumba – NTTPantai Ratenggaro - NTT : Pantai Ratenggaro, Sumba – NTTPantai Ratenggaro Island - NTT : Pantai Ratenggaro, Sumba – NTTKawasan Kampung Ratenggaro - NTT : Pantai Ratenggaro, Sumba – NTTkeindahan Pantai Ratenggaro - NTT : Pantai Ratenggaro, Sumba – NTT

Apa pendapatmu tentang Pantai Ratenggaro, Sumba – NTT

Tinggalkan Komentarmu soal Pantai Ratenggaro, Sumba – NTT Dibawah ini:

Artikel Terbaru:

Pantai Ekas, Lombok – NT
Ternyata masih banyak sekali potensi wisata pantai yang masih belum tergali lebih jauh ...

Pantai Lakeba di Buton Utara &
Pantai Lakeba terdapat di Kabupaten Buton Utara, Propinsi Sulawesi Tenggara. Untuk mencapai pantai ...

Pantai Maneron Sepulu sang per
Pantai Maneron Sepulu – Wisata pantai memang hal yang lazim untuk wilayah pulau ...

Pantai Kenjeran Surabaya ̵
Bukan hanya sebagai kota industri dan perdagangan, Surabaya juga merupakan kota bahari. Sebagai ...

Gabung Yuk dengan Komunitas Pecinta Pantai Indonesia di FB, Klik Like:

Lokasi Pantai di Indonesia

Topik Populer

Pantai Populer

Pantai Ketaping, Kota Pariaman – Sumat
Pantai Tanjung Kasuari, Sorong – P
Pulau Tiga, Dua, Satu Di Selatan Ambon &
Pulau Batang Pele, Raja Ampat – Pa
Pantai Pulau Merah, Banyuwangi – Jawa
Pantai Poto Batu, Sumbawa – NTB
Pantai Modangan, Malang – Jawa Timur
Taman Wisata Alam Pulau Dua, Sorong R

Indek Artikel : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indek Gambar : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Semua artikel pada web ini adalah hak cipta dari pasirpantai.com, atau sumber lain yang dicantumkan.
Semua gambar, foto dan video pada web ini adalah hak cipta dari pemiliknya.